Sudah menjadi jadwal baru yang dibuat Bpk. Idi Warsidi selaku Ketua Takmir Masjid Al Falah, bahwa untuk hari ini dan berikutnya untuk kuliah subuh diserahkan pada Ust. Fakr Rijal dan untuk kultum tarawih diserahkan kepadaku.
Maka mulai hari ini dan berikutnya insyaAlloh, aku hanya mengisi kultum tarawih.
Jalan-jalan di desa Tanjung Anom.
Sudah menjadi salah satu tugasku di program PRODIN ini, aku mendata peta dakwah di desa Tanjung Anom. Maka pagi itu, sekitar jam 09.00 pagi aku ditemani ustadz Rahmat pergi lagi ke kantor desa Tanjung Anom. Tidak lain bertujuan untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya dari profil desa dimana tempat aku tugas.
Salah satu sudut pandang kondisi desa Tanjung Anom
Maka inilah hasilnya :
Kantor desa Tanjung Anom - Kab. Lampung Tengah.
Para aparat desa lagi ngumpul, persiapan upacara kemerdekaan RI besok.
Hih,...struktur organisasi pemerintahan Kampung Tanjung Anom. Ternyata masyarakat nyebutnya "kampung" bukan "desa".
Dan ini adalah luas dan batas-batasnya.
Kampung Tanjung Anom, berbatasan dengan kebun-kebun milik pabrik-pabrik yang ada di sekitarnya. Hanya sebelah barat saja yang berbatasan dengan kampung Bandar Sakti.
Penduduk dengan mata pencaharian yang heterogen. Mulai dari buruh tani, swasta, PNS, pensiunan, tani, swasta, pertukangan dan TNI/POLRI.
Kaum muslimin paling dominan di wilayah ini. Hampir 95 %
Dengan 15 masjid dan musholla.
Dan inilah Kepala kampung / desa Tanjung Anom dari masa ke masa.
Untuk Kepala kampung sekarang, Bpk. Sapto Harjono ternyata belum photo..........!!!!!!
Setelah kami rasa cukup, kamipun meninggalkan kantor desa. Saya ajak ustadz Rahmat keliling kampung sebelum kembali ke tempat kami. Jalan sangat sepi. Maklumlah, di sini kan kawasan pekerja. Jadi sangat sulit untuk bisa silaturrahmi ke tetangga di siang hari. Sedangkan untuk sore hari, kami berdua sudah sibuk dengan kegiatan kami masing-masing. Dari TPA, berbuka, tarawih, TPA malam dan lainnya.
Hingga kami tiba di sebuah pemakaman di tengah-tengah kebun singkong. Ya....mirip taman makam pahlawan yang ada di Jawa.
Itulah Taman Makam Purna Bhakti - Kampung Tanjung Anom, yang merupakan makam dari pensiunan-pensiunan TNI AD yang ditransmigrasikan beberapa puluh tahun silam. Apakah ini yang dimaksud Bpk. Idi kemarin tentang perjuangan pengadaan makam bagi rekan-rekan beliau.
Taman Makam Purna Bhakti yang bersebelahan dengan makam masyarakat umum.
Sore dan malam hari, jadwal acaraku tetap - tidak berubah. Dari ngajar TPA hingga kultum tarawih. Dan malam itu kubawakan materi "Syirik do'a/dakwah dan Syirik niat, irodah wa Qosdu".
Bakda tarawih, aku didatangi ikhwan setempat, namanya Pak Prayit. Beliau mengatakan agar aku bisa mengisi suatu kajian besok hari Kamis dengan mad'u yang agak banyak. Beliau juga menyambung bahwa aku dimohon mengisi kajian itu dengan materi "Dzowabitut Takfir".
Wah......wah......wah, berat banget. Bisa mirip dauroh nih......? Saya katakan,"Saya nanti bisa nyaingi Ustadz. Imtihan ..dong?" "Ya pak, daerah sini sudah sering datangkan ustadz, seperti Ust. Tri Asmoro, Ust. Imtihan, Ust. Abu Umar Abdillah bahkan Ust. Moh. Amin pernah datang kemari.", kata Pak Prayit.
Luar biasa..........saingan yang sangat berat, ibarat gerombolan gajah dengan seekor kutu. Valensiku bisa naik......nih. Benar nggak Mas Fatah......(beliau baca blog ini nggak ya.?).....
Was salam untuk hari ini......tidur dulu.
Saya orang tanjung anom lo pak.. :-)
BalasHapusAssalamu'alaikum tadz..
BalasHapusSelamat berjuang tadz..
Sya mantune orang bandar sakti...dr Solo-Jawa tengah, tp lagi merantau di Jakarta..
Saya seneng sekali jalan2 di bandar sakti dan tanjung anom..biar mata jadi fresh..
Kampung halamanku :') makam mbah kakung aku :')
BalasHapus