Baru selesai aku bersama ustadz Rahmat makan sahur, kamarku di datangi Pak Syaiful. Beliau mengajak aku untuk sholat subuh dan kuliah subuh di musholla dekat tempat tinggal beliau. Ajakan beliau aku terima, karena memang tidak ada alasan untuk menolak. Apalagi di sini masih ustadz Rahmat untuk menggantikan aku untuk kuliah subuh di masjid Al Falah.
Jarak musholla Ali Imron (musholla yang dimaksud Bpk. Syaiful), tidak begitu jauh dari masjid tempatku, sekitar 400 meter.
Dalam perjalanan kami ngobrol dengan beliau mengenai kondisi mad’u di musholla Ali Imron. “Di sini mayoritas, pemahamannya masih tradisional, tadz. Jadi nanti materinya jangan dengan materi yang terlalu tinggi.” Pak Syaiful memberi masukan. Tidak berapa lama kamipun sampai tujuan. Musholla masih sepi hanya tampak dua orang tua lagi berdzikir.
Sesaat kemudian, musholla sudah terisi oleh jama’ah. Dan sholatpun dimulai, dan dilanjutkan dengan perkenalan diriku yang disampaikan oleh Bapak Syaiful. Sejenak perkenalan, kemudian mulai aku menyampaikan materi “Misteri Pagi Hari”.
Suasana jama'ah musholla Ali imron.
Alhamdulillah……ada dampak dari kuliah subuh yang kusampaikan, Ada seseorang bernama Bapak Pardi menyatakan ingin belajar membaca Al Qur’an bersama dengan istrinya. Bahkan beliau mengajak aku untuk tinggal bersama beliau di rumahnya selama tugas di Tanjung Anom ini.
Tapi tawaran untuk tinggal bersama beliau, terasa berat untuk aku penuhi. Yah…karena aku sudah terikat “kontrak” dengan Masjid Al Falah. Sementara untuk belajar TSAQIFA aku jadwalkan jam 16.30 sampai akhir di buka bersama. Dan jadwal itu disepakati dimulai sore hari ini.
“Tadz, dia (Pak Pardi) orang terkaya di Tanjung Anom. Lahan sawitnya di mana-mana.” Celetuk Pak Syaiful sambil mengantarku kembali. “Dia bersama istrinya mau naik haji tapi belum bisa baca Qur’an. Dia dan keluarga adalah donatur pondok nahdliyin di Palis.” Tambah Pak Syaiful.
Hingga pukul 10.00 pagi, mulailah kegiatanku yaitu TSAQIFA ibu-ibu yang dilanjutkan sholat dhuhur . “Pak, ada yang ingin ikut lagi 5 orang, bisa tidak, kata seorang ibu peserta. Jawabku,”Bisa bu, tapi jadwalnya bakda subuh sampai jam 9 pagi. Itu waktu aku kosong.” Jawabku. Agak bingung juga sih…dimana buku TSAQIFA belum juga hadir sementara yang menginginkan bertambah terus.
Waktu terus berlanjut hingga TSAQIFA bapak-bapak di waku bakda dhuhur hingga menjelang asar.
Bakda asar, aku siap-siap berangkat ke rumah Bapak Pardi yang diantar oleh Bapak Winarko. Sesaat sebelum berangkat, aku di sms oleh Bapak Syaiful kalau di depan rumah beliau ada yang meninggal dunia sore itu. Sehingga kemungkinan besar Pak Pardi berhalangan karena pasti akan melayat. Maka acara TSAQIFA sore itu ditunda. Kugunakan waktu kosong itu untuk mengajar anak-anak TPA bersama Ustadz Rahmat.
Sampai waktunya jadwal tarawih dan kultum di Masjid Al Falah. Malam itu kusampaikan materi “Dosa-dosa yang mendahului dosa-dosa syirik.” Bakda tarawih dilanjutkan ngajar TSAQIFQ di rumah Bapak Yudhi, yang saat itu ditemani Bapak Syaiful. Beliau ikut untuk mengetahui tentang metode TSAQIFA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar