Sabtu, 04 September 2010

31 Agustus 2010 (Ramadhan hari ke 21)

Kumulai aktivitas dakwahku di Lampung Tengah pagi itu dengan menyampaikan materi "Padang Mahsyar" pada kuliah subuh.

Pagi ini merupakan jadwalku kembali ke Gunung Batin. Ada tiga agenda yang harus kuselesaikan hari ini. Dari kajian umum, kajian akhwat sampai tabligh amm di pelosok kampung asli suku Lampung.






Sekitar jam 08.25, Ust. Endang menjemputku dengan motornya. Kami berangkat saat itu juga ke Gunung Batin. "Tadz, nanti materinya apa ?" tanyaku pada Ust. Endang. "Untuk akhwat tolong dipersiapkan materi kesiapan akhwat untuk siap menjadi pendamping seorang da'i." jawab Ust. Endang.

Kami menuju Mulya Asri tempat Ustadz Endang tinggal. Disana sudah nunggu para akhwat. Berlarian ketika kami tiba di rumah itu. Aku istirahat sebentar sebelum menyampaikan materi yang dikehendaki Ust. Endang. Para akhwat tadi adalah binaan dari istri Ust. Endang. "Mereka mengadakan acara mabit di sini." kata Ust. Endang.


Di rumah ini, kajian akhwat dilaksanakan.

Menjelang dhuhur, kajian akhwat selesai. Dan kamipun langsung menuju Masjid Ash Sholihin di Gunung Batin untuk istirahat dan persiapan kajian ikhwan-ikhwan menjelang buka nanti. Sesampainya di Masjid Ash Sholihin, aku di tempatkan di sebuah kamar masjid bersamaan dengan ustadz tugas di situ.

Rekan kamarku ternyata seorang ustadz asli Cirebon. Ust. Baiatur Ridwan namanya. Setelah ngobrol-ngobrol ternyata beliau masih keluarga dengan Ust. Muhammad Amin (juraganku).








"Nanti bakda asar kajian dimulai dengan peserta ikhwan-ikhwan binaan kita, Tadz." kata Ustadz Endang. "Jadi tolong disemangati mereka supaya tidak loyo dalam iqomatuddin," lanjut Ust. Endang. Tapi, pada saat setelah sholat dhuhur, Haji Ci A Ni, ketua takmir Masjid Ash Sholihin mengumumkan pada jama'ah untuk hadir di pengajian nanti sore sambil buka bersama.

Aku tanya pada Ustadz Endang,"Pak, katanya tadi, nanti yang hadir di taklim hanya ikhwan binaan saja, tapi kenapa Haji Ci A Ni mengumumkan ke jama'ah ?" "Saya juga gak tahu, kenapa Beliau koq tahu." jawab Ust. Endang.

Maka materi yang sudah saya persiapkan jauh-jauh hari tidak terpakai, aku rasa tidak cocok untuk mad'unya nanti. Jadi harus "nubyak-nubyak" saat itu juga untuk buat materi yang lebih "umum". "Ma'af ya Tadz, hal ini tidak kami perhitungkan sebelumnya," kata Ust. Endang.

Sekitar  jam 16.30, jama'h sudah mulai berdatangan. Kesempatan itu, aku menyampaikan materi "Ihtiza' dan lagu/musik - dosa yang dianggap biasa". Hingga waktu buka menjelang, dan kamipun berbuka bersama di tengah-tengah orang suku Lampung asli.




Haji Ci A Ni (paling kiri), seorang tokoh keagamaan di masyarakat Lampung asli bersama tokoh-tokoh yang lain.








Tampak Bapak Syamsi (tengah) tokoh Muhammadiyah Gunung Batin - dengan tokoh kepemudaan Lampung lagi asyik nampang.









Setelah sholat maghrib, tiba saatnya untuk masuk "hutan".  Malam itu, jadwalku untuk ngisi kajian 'amm di daerah pedalaman suku Lampung Abung. "

"Yang ngantar yang banyak," kata Haji Ci A Ni. Memang saat ini kriminal di daerah Lampung Tengah meningkat. Apalagi menjelang hari raya. Semenjak aku tinggal di sini aku sudah mendengar tiga kasus. Mulai dari pencurian motor di jamaah sholat subuh, begal yang ambil motor secara paksa. Bahkan kabar terakhir, seseorang mati tergorok ketika dirampok di jalanan. "Tadz, gak usah bawa apa-apa," kata Ust. Endang. Yah.......agak ngeri juga. Tapi, tugas ya tetap tugas. Hanya "iming-iming" syahid yang membuat aku tetap berjalan.
Maka malam itu, aku diantar tidak kurang delapan ikhwan dengan 4 sepeda motor. Berjalan ditengah-tengah kebun singkong yang membentang kemudian dilanjutkan masuk kawasan ladang sawit.



Seperti seorang presiden, inilah "pasukan pengantar". Yang selalu siap sedia pantang mundur.










Setelah melakukan perjalanan kira-kira setengah jam, sampailah kami di perkampungan Kampung Baru II, Kecamatan Terusan Nunyai yang gelap gulita karena memang tidak ada listrik. Masjid Al Fatah yang saat itu tampak paling terang dibandingkan dengan bangunan yang lain. Masyarakat memasang beberapa lampu dari energi accu. Malam itu terasa sangat istimewa. Dimana aku disambut bak seorang "bupati" yang lagi jenguk rakyatnya. Setelah sholat isya' dan tarawih, maka taklimpun dimulai. Materi yang kubawakan adalah "Tafsir surat Al Ashr".














































Setelah kajian selesai kamipun kembali ke Masjid Ash Sholihin - Gunung Batin dan bermalam di sana.