Senin, 06 September 2010

4 September 2010 (Ramadhan hari ke 25)

Hari ini merupakan jadwalku kembali ke Gunung Batin, untuk acara taklim ikhwan-ikhwan di sana. Maka pagi itu setelah menyampaikan thema "zakat" pada kuliah subuh, kupersiapkan segala sesuatunya untuk ke gunung Batin.








Pengalaman yang sangat berharga

Masih ada tiga jadwal TSAQIFA di Tanjung Anom, sebelum berangkat ke Gunung Batin. Pada saat aku menunggu waktu untuk pembelajaran tsaqifa kloter pertama, Mbak Ari (istri Bapak Aziz) menemuiku. "Tadz, ada orang yang minta tolong untuk diruqyah," kata beliau. "Usianya berapa?" tanyaku. "Anak laki-laki sekitar 12 tahun, dia sudah kesurupan sekitar 2 hari." sambung Ibu Ari.

Saat itu juga aku berangkat ke rumah yang ditunjukkan bersama Ust. Rahmat. Kira-kira sekitar 1 km dari Masjid Al Falah. Setelah sampai, ternyata itu adalah rumah bapaknya Mbak Ari. Anak itu diantar oleh tiga pamannya dan neneknya ke rumah keluarganya Mbak Ari.

Tampak ketika pertama aku lihat anak itu sangat ketakutan sekali hingga tidak mau membuka matanya. Ketika aku tanya, dia jawab kalau ada dua orang yang selalu mengejarnya dan ingin mencekiknya. Aku tanya pada keluarganya, ternyata sekitar dua hari yang lalu anak itu mencari bambu untuk membuat antena TV bersama pamannya. Tanaman bambu itu terletak di samping sebuah rumah kosong yang lama tidak didiami.

Semenjak itu banyak kejadian aneh menimpa si anak, Irfan namanya (12 tahun). Mulai dari tangan kanan tiba-tiba sakit, hingga di pandangannya muncul dua sosok yang mengejarnya.

Sebelum kumulai ruqyah, kuminta keluarga yang hadir di situ untuk tawakkal sepenuhnya kepada Alloh dan membuang segala sesuatu yang mengarah ke syirik kepada Alloh. Mulai dari keyakinan hingga benda-benda yang dipuja. Ketika kumulai ruqyah dengan membaca ayat-ayat Qur'an secara bergantian dengan Ust. rahmat, mulai tampak kejadian aneh. Anak itu memberontak. Bahkan dengan dipegangi empat orang, tampak kewalahan menghadapi gerakan anak itu. Sampai pada waktunya anak itu berkali-kali mengeluarkan muntahan cairan kental berwarna hitam pekat yang berbau tidak sedap. Semua yang memegangi anak itu kena muntahannya.

Berkali-kali kami istirahat sebentar, untuk mengistirahatkan anak itu juga untuk membersihkan muntahan-muntahan yang tidak habis-habis. Sekitar jam 12 siang, muntahan anak itu tampak sudah bersih. Yah.....hampir makan waktu empat setengah jam kami meruqyah anak itu.

Aku dan Ust. Rahmat minta ijin ketika mulai tampak keadaan fisik anak itu mulai membaik. Dia sudah minta makan yang sebelumnya dua hari tidak makan. Dan dia juga minta minum teh hangat. Dan sudah tidak tampak lagi ketakutan pada wajahnya.

Sesampainya di Masjid Al Falah, ternyata shoalat dhuhur sudah selesai ditunaikan. Dan juga kelihatan Ust. Endang yang akan menjemputku ke Gunung batin berada di Masjid itu. "Darimana Tadz,"  tanya Ust. Endang. "Nih, dari meruqyah anak sejak jam 07.30 pagi." jawabku.

"Kapan kita berangkat." aku balik tanya. "Nanti aja sekitar bakda asar, antum istirahat aja dulu."jawab beliau. Maka saat itu aku istirahat siang bersama Ust. Endang di kamar masjid.

Sekitar jam 01.30 siang, pintu kamar diketuk orang. "Tadz, jinnya datang lagi," kata perempuan yang mengetuk pintu kamar, dan dia adalah adiknya Mbak Ari istri Pak Aziz. "Ustadz, mohon segera kesana," pintanya.

Maka saat itu juga, aku berangkat kembali ke rumah orang tua Mbak Ari, tempat anak itu. Kali ini selain bersama Ust. Rahmat, aku juga ditemani Ust. Endang dan dua remaja Masjid Al Falah.

Setelah sampai ke sana, tampak anak itu meronta-ronta dengan dasyatnya. Bahkan lebih parah dari kejadian tadi pagi. "Irfan kenapa Bu ?" tanyaku pada neneknya. "Kata Irfan dia didatangi orang yang lebih banyak, tidak cuma dua orang. Orang-orang itu bawa senjata tajam dan mau menyembelihnya." jawab sang nenek.

Dengan dipegangi enam orang, maka kamipun bergantian membacakan ayat-ayat Qur'an. Tampak muntahan hitam lagi. Kali ini lebih banyak dari tadi pagi. Bahkan kali ini anak itu sering mengucapkan kata-kata kotor kepada kami hingga sampai meludahi kami satu per satu. Dengan energi kami yang sudah mulai terkuras, tetapi tenaga anak itu semakin dasyat, maka tidak ada upaya lain selain mempertebal ketawakkalan kami kepada Alloh semata.

Waktu menunjukkan pukl 16.30 sedang kami belum sholat asar, maka aku suruh dari orang-orang yang meruqyah untuk sholat secara bergiliran dua-dua.

Ruqyah belum juga menunjukkan hasil yang memuaskan ketika jam menunjukkan pukul 17.45 (15 menit lagi buka). Aku ingat, kalau ini adalah waktu yang sangat mustajab untuk berdo'a. Dengan kecapekan yang kudapatkan aku memohon kepada Alloh untuk dimudahkan urusanku ini. Sudah banyak urusan ummat yang kutinggalkan dikarenakan ruqyah ini. Ya Alloh......Selesaikan urusan ini sebelum buka menjelang.

Pada saat lima menit sebelum buka, sekitar jam 17.55, anak itu kembali meludahi kami satu per satu. Sesaat kemudian dalam keadaan terlentang, anak itu akan memuntahkan sesuatu tapi tidak bisa. Maka kami dudukkan anak itu dengan harapan supaya bisa mengeluarkan muntahan yang lebih banyak.

Tapi Alloh berkehendak lain. Ternyata sesaat setelah kami dudukkan, anak itu terasa sudah tidak berontak. Badannya sangat lemas. Sedang lidahnya hampir saja tergigit oleh giginya. Rahangnya menguat. Kemudian kami tidurkan kembali. Aku pegang nadinya tidak ada denyut. Kutempelkan telingaku di dadanya tidak ada detak jantung. Sementara tangan dan kaki sudah mulai pucat.





Aku panggil keluarganya yang menunggu di luar rumah. Saat itu sudah terdengar adzan tanda waktu berbuka. Keluarga belum menyadari keadaan Irfan pada saat itu. Maka Pak Aziz, yang sudah berada di rumah itu berinisiatif untuk memanggil Bpk Ujang (salah seorang mantri kesehatan di wilayah itu) untuk memeriksa Irfan.

INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI ROJI'UN.........Bapak Ujang memastikan kalau Irfan sudah meninggal. Maka suasana berbuka di sore itu, terhiasi dengan linangan air mata dari keluarga dan kami.



















Bakda maghrib kami  ijin pada keluarga untuk pulang. Belum begitu jauh kami pergi, ada seorang tamu datang dengan kopyah hitam dan baju serba hitam. "Dia adalah dukun yang dipanggil keluarga ke sini." bisik salah seorang ikhwan yang mendampingiku. Yah....pahlawan kesiangan.

Hari itu semua acara taklim batal. Bahkan acara taklim di Gunung Batin-pun ikut batal. Hanya kuliah subuh pagi tadi dan kultum tarawih malam ini di Masjid Al Falah. Kali ini kulanjutkan materi tentang zakat maal.

Karena capek, malam itu kajian tsaiqfa di rumah Pak Yudhi kuliburkan juga. kugunakan waktu itu untuk istirahat setelah ber-"perang" dengan jin seharian.

Sekitar jam 10.00 malam, ada tamu yang membangunkan aku dari tidur. Setelah kubuka pintu, ternyata adalah Pak Syaiful dan Ust. Abu Fida' (Pengurus Yayasan Al Falah Lampung) bersama ikhwan yang lain. Aku agak penasaran juga, kenapa malam-malam beliau ke sini.

Ternyata tujuan beliau datang ke sini adalah menanyakan keadaanku, baik mental atau fisik. Kabar tentang aku meruqyah seorang anak yang kemudian meninggal ternyata sudah menyebar ke ihkwan-ikhwan Lampung yang saat itu mengadakan i'tikaf bersama.

Ust. Abu Fida' menyampaikan bahwa dukungan sepenuhnya dari para ikhwan Lampung kepadaku atas kasus ini. Bahkan sekarang ikhwan-ikhwan yang i'tikaf sama keluar untuk takziah di rumah duka, dan cari informasi kalau adanya fitnah di masyarakat tentang kejadian tadi siang. Lama beliau menyampaikan taushiahnya kepadaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar