Bakda asar kemarin, ketika kami ngobrol-ngobrol dengan beberapa ikhwan Tanjung Anom, ada seorang ikhwan yang mengusulkan agar kultum subuh dirubah. Namanya adalah Bapak Ujang Mardani, beliau adalah satu-satunya ahli medis (mantri) yang berada di daerah tersebut. Beliau mengusulkan agar kultum subuh dibuat seperti taklim. Jadi tidak hanya 15-20 menit, melainkan bisa di tambah menjadi kurang lebih satu jam. “Agar lebih bermanfaat, dan tidak tidur di rumah, tadz.” Kata beliau.
“Kalau saya OK…OK aja, tapi apakah pendengar yang lain sudah siap, …apakah mereka berani untuk menunda waktu kerjanya ?” jawabku. Perlu diketahui juga, bahwa penduduk dari tanah TRANS AD ini mayoritas adalah pekerja pabrik dan para buruh tani yang menuntut mereka untuk berangkat pagi-pagi benar.
Kumulai aktivitas dakwah pagi itu dengan kuliah subuh dengan mengambil tema tentang “washilah-washilah dalam do’a yang disyari’atkan”.
Tidak banyak berubah aktivitasku di hari ini. Jam 10 pagi mengajar TSAQIFA untuk ibu-ibu sampai adzan dhuhur berkumandang. Kemudian dilanjutkan dengan TSQIFA bapak-bapak hingga asar menjelang.
Bakda asar, aku dapat undangan aqiqoh di salah satu rumah ikhwan di Poncowati. “Ya…insyaAlloh aku akan datang bila ada yang mbawa,….” Jawabku. Maklumlah aku belum tahu tempatnya.
Hingga ketika bakda asar, Pak Aziz datang ke kamarku dan mengajak aku medatangi acara aqiqoh bersama keluarga besar Bpk. Aziz dengan mencarter angkot. Alhamdulillah….ada yang bawa ke tempat undangan aqiqoh.
Jam menunjukkan pukul 16.40 ketika kami berangkat ke Poncowati, rumah ikhwan yang punya hajat aqiqoh. Ternyata keluarga Bapak Aziz mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan Pak Martin (ikhwan yang mengundang acara aqiqoh tersebut). Jarak antara Poncowati dan Tanjung Anom kurang lebih 25 km.
Di rumah Bapak Martin sudah berkumpul banyak ikhwan undangan lainnya. Banyak wajah yang tidak asing. Dari ihwan-ikhwan yang biasa ikut taklim sampai para asatidz Lampung.
Di kesepatan itu pula, kami bertemu dengan para ustadz yang mengkoordinir tugasku di Lampung tengah. Kami memusyawarahkan tentang tempat tugas kami. Dimana sebenarnya aku sudah dipindah tugaskan ke Gunung Batin hari ini, tetapi di Tanjung Anom sendiri masih banyak PR yang harus saya selesaikan. Yang kebanyakan adalah masyarakat yang ingin belajar membaca kitab suci Al Qur’an.
Hampir nggak ada titik temu dalam pertemuan tadi, di Tanjung Anom masih ada kerjaan sementara di Gunung Batin titik-titik dakwah sudah menunggu dan telah diinformasikan pada aparat dan jama’ah setempat kalau mau kedatangan ustadz dari Jawa.
Kamipun pulang setelah buka bersama. Dan kami sampai ke Tanjung Anom saat masjid sudah selesai sholat tarawih dan ditemui anak-anak TPA malam sedang asik tadarus dengan cahaya yang redup karena malam itu listrik mati.
Tetap semangat, tadarus dalam remang-remang.