Hari kemerdekaan, bagi yang merayakannya dan bagi yang merasa sudah merdeka.
Tapi bagiku tetap "bulan Ramadhan", bulan yang penuh barokah. Nikmat dilimpahkan. Dan di bulan ini Alloh "obral" segala pahala. Dan "discount" untuk harga "fadhilah-fadhilah-Nya. Tapi, itu semua bagi siapa yang yang mau "ngantri" dan berniat untuk "beli".
Jadi sangat sayang bila aktivitas "transaksi" dengan Alloh, tergantikan oleh aktivitas kegembiraan semu yang belum jelas "jluntrung"-nya.
Tidak ada yang menonjol suasana Desa Tanjung Anom pagi ini. Suasana 17-an tidak begitu kentara. Pegawai pabrik tetap masuk, yang ke ladang tetap nyangkul dan akupun sibuk dengan laptop untuk cari-cari bahan di internet untuk persiapan "dauroh kecil-kecilan" besok hari Kamis. Ya...untung saja materi-materi dari Ust. Imtihan masih ada dan saya bawa. Agak meringankan dikit lah...!!
Tidak ada aktivitas khusus siang itu, selain membuat makalah "Dzowabitut Takfir". Tak terasa sudah jam 11.00.
Bakda dhuhur, Desa Tanjung Anom diguyur hujan lagi. Hujan kini sangat deras sambil diselingi angin yang kencang. Hujan turun agak lama hingga menjelang sholat asar. Yah......aku masih tak beraktivitas, hanya melanjutkan mencari bahan untuk kajian besok hari Kamis.
Hingga bakda asar tiba, kugunakan kesempatan itu untuk silaturrahmi ke tetangga yang agak rutin berjamaan sholat di masjid ini.
Namanya adalah Bapak Dwi Winarko, Beliau keturunan dari Pasuruan dan berprofesi sebagai buruh tani. Kami ngobrol agak lama. Sampai pada pembicaraan tentang rencana kepindahan tugasku dari Masjid Al Falah Tanjung Anom ke Gunung Batin, insyaAlloh. Ada raut muka di wajah Pak Winarko yang menjadi tanda tanya pada diriku, setelah mendengar rencana kepindahanku.
Sampailah waktunya, aku untuk pamit karena jadwal menemani Ustadz Rahmat mengajar TPA. Tidak banyak berubah jadwalku malam ini. Selain menjadi imam sholat isak, kulanjutka kultum yang mengambil materi "Syirik ketaatan".
Bakda sholat tarawih, Pak Winarko kembali menemuiku sambil membawa photocopy-an kitab "Fadhilah Sholat" yang merupakan salah satu bagian bab dari kitab "Fadhilatul Amal" - buku pegangan jama'ah tabligh. Beliau cerita banyak tentang sejarah spiritual beliau. Hingga pada satu titik kulminasi pembicaraan dari tujuan beliau menemuiku malam itu.
Beliau merasa sangat keberatan bila aku dipindah tugaskan di Gunung Batin. Menurut beliau, saat ini adalah kesempatan untuk belajar lebih banyak kepada aku, khususnya adalah baca tulis Al Qur'an. Yah......Pak Winarko ingin belajar baca Al Qur'an. "Di sini tu banyak bapak-bapak dan ibu-ibu yang belum bisa baca Al Qur'an, Tadz." kata beliau. "Tapi terus terang kami itu malu untuk meminta untuk diajari." beliau menyambung. Maka beliau meminta diajari di rumah beliau bakda dhuhur. Ku sanggupi permintaan beliau, walaupun harus mengundur jadwalku di Gunung Batin.
Akhirnya terjawab sudah, raut wajah dari Bapak Dwi Winarko saat aku silaturrahmi ke rumah beliau.