Bakda subuh persiapan sampai menjelang keberangkatan.
Alhamdulillah, setelah mempersiapkan segala perlengkapan yang dibutuhkan, tiba saatnya pada saat yang mendebarkan yaitu pamit pada ibu, isteri dan anak-anak yang tercinta. Dengan hati agak berat (maklum ada setan yang selalu berbisik) ditambah dengan beban barang bawaan yang tak kalah berat pula, kucoba "aji meringankan tubuh dan meringankan hati" dengan dizikir-dzikir yang diajarkan ustadz-ustadz kepadaku.
Berangkat keluar rumah dengan naik becak seiring lambean tangan anak, ibu dan isteri. Tidak ketinggalan pula segelintir dari tetangga (maklum, saat itu ada pawai peringatan 17-an). Saat itu menunjukkan pukul 11.30 waktu rumahku.
My Adventure
Jam menunjukkan pukul 14.00 ketika aku sampai pool "Rosalia Indah" Palur, setelah naik bus yang ruaaaar biasa cepat dari Terminal Ngawi ke Palur.
Turun dari bus,eh......ternyata bebarengan dengan akhi Roni (FKAM Pati) turun dari bus juga. Setelah sholat, kami nunggu lagi rekan-rekan lainnya yang sebelumnnya sudah janji kumpul di sini untuk berangkat bareng ke Lampung. Akhirnya setelah setengah jam menunggu akhirnya terkumpul juga "pendekar-pendekar" yang akan "turun gunung ke Lampung". Sebelumnya masih malu-malu untuk nampang....
Inilah pendekar yang ninggalin keluarganya
Ust. Gunarto (da'i FKAM dari Purworejo), tugas di Kab. Tulang Bawang.
Ust. Suyatno (da'i FKAM dari Sragen), tugas di Kab. Bandar Lampung.
Ust. Roni (da'i FKAM dari Pati), tugas di Kab. Lampung Timur.
Aku, .....(bukan ustadz). Tugas di Lampung Tengah.
Kebanyakan yang namanya karet pasti melaaaaarrr
Karena di Indonesia banyak pabrik karet, maka semua mirip karet. Tak terkecuali jadwal bus. Di tiket tertulis berangkat pukul 03.00 waktu Palur, kenyataannya berangkat pukul 16.30 waktu karet. Tapi nggak apalah penting bisa berangkat.
Lier-lier dalam bus.
Kami berempat naik bus "Rosalia Indah" Jurusan Madiun - Bandar Lampung dengan nomor "penerbangan" 255. Walau da'i-da'i PRODIN yang lain banyak naik pesawat, tapi kami tetap enjoy naik "pesawat" tanpa sayap dan tanpa pramugari. Yang ada cuma sopir dan kernet.
Hawa AC membawa kepada rasa kantuk yang luar biasa. Yang saya ingat, kami jalan dari kota Solo - Boyolali - Salatiga - Semarang - Pekalongan....kemudian was salam. Yah tidur, tahu-tahu sudah sampai kota Tegal - Brebes - kemudian was salam kembali.
Hingga tengah malam, hawa dingin mulai sangat menyengat. Untung aja, bapak kernet yang kami hormati, dengan baik hati bagi-bagi selimut. Tapi bagaimanapun juga, hawa dingin tak tertahankan. Sayapun nggak pakai jaket. Jaket tertinggal di tas yang sekarang ada di bagasi bus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar