Selasa, 10 Agustus 2010

Selamat Datang Sumatera (9 Agustus 2010)

Alhamdulillah, waktu pagi kami masih diberi hidup oleh Alloh. Hingga waktu subuh kami sampai di Subang. Saya terjaga hingga sampai Karawang - Bekasi, hingga ibukota Jakarta Raya.

Sweet memories ten years ago........Jakarta, I'm back.

Jakarta oh Jakarta......tetap tidak berubah setelah 10 tahun.














































Setelah menempuh perjalanan yang sekian lama. Akhirnya kami diistirahatkan oleh bapak sopir. Tepatnya di pool Tangerang. Kenangan 10 tahun lalu kembali menguat. Disekitar sinilah saya dulu tinggal. Jatake, Serpong, Karawaci hingga Serang, nama-nama yang tidak asing lagi di telingaku.

Bapak sopir yang luar biasa. Nyopir dari jam 14.30 hingga jam 10.00 esok harinya tanpa istirahat dan tanpa diganti. "Resepnya apa pak sopir bisa tahan seperti itu."


Bus-pun juga perlu istirahat.







Pagi hari yang cerah di Tangerang. Jam 10.15 waktu Tangerang, setelah menikmati jatah makan dari agen bus, kamipun melanjutkan perjalanan kami ke Pelabuhan Merak, Serang Banten. Ayo......ke laut...!!!
























Bus kami naik kapal ferry penyeberangan Merak - Bakauheni sekitar jam 12.00 waktu Selat Sunda. Dan kamipun jalan-jalan di perahu raksasa berbahan baja tersebut.
















Orang hulu nampang di puncak hilir. Mumpung ketemu laut......mantab kang...!!!!!!!









Pencari rizki dari lemparan uang penumpang kapal







Naik kapal kemudian jalan-jalan keliling kapal. Kamipun tebak-tebakan, berapa liter air di Selat Sunda..? Keliling kapal kemudian..........
capek deeeeeh.....










Kapal berjalan lamban (menurut kami), apalagi kami merasa kapal berputar-putar dulu tidak langsung menuju sasaran. Ketika perasaan sudah mulai tidak sabar untuk menginjak kaki di Pulau Sumatra, kapal malah berjalan lamban Ada apa ini...? Semakin dongkol lagi, ketika kapal kami disalip oleh speed boat.




Di lautpun juga ada kebut-kebutan, mana ni polantas laut..?






Sampailah di bumi Sumatra

Setelah perjalanan kapal memakan waktu dua jam lebih, alhamdulillah sampai juga kami di Pulau Sumatra. Pelabuhan Bakauheni yang tidak kalah sibuk dengan Pelabuhan Merak didalam beraktivitas. Akhirnya kami tahu, kenapa kapal yang kami tumpangi tadi berputar-putar dan nyaris berhenti, ternyata di dermaga Bakauheni masih ada kapal yang belum berangkat dan dermaga yang lain penuh. Sehingga kapal kamipun terombang-ambing di Selat Sunda.

"Selamat datang di Lampung", mungkin itu sapaan Pelabuhan Bakauheni kepada kami.
 












Kamipun melanjutkan perjalanan dengan bus. Saat itu jam menunjukkan pukul 15.00 waktu setempat. Kesan pertama, kami merasa tanah begitu subur. Pohon pisang, pohon kelapa yang sangat luar biasa jumlahnya.





















Setelah berjalan kurang lebih satu jam, kamipun istirahat di Rumah Makan "Siang Malam" di Kalianda. "Semua boleh makan tapi bayar sendiri," kata Om Kernet. Yah, jatah dari bus sudah habis. Kamipun bersepakat untuk turun dan makan. Setelah duduk dimeja makan, kamipun disuguhi beraneka ragam lauk khas Padang dengan sebakul kecil nasi. Kami hitung lebih dari 10 mangkuk lauk dan sayur yang disuguhkan kepada kami, padahal kami belum pesan. Apa gini cara penyajian rumah makan di Lampung ? Ada hal yang lucu, setelah mencicipi beberapa mangkuk lauk, kami saling bertanya satu sama lain. "Nanti bayarnya gimana, semua harus dibayar atau gimana....? Akhirnya Ust. Yatno Sragen memberanikan diri untuk tanya pada kasir. Kasir menjawab dengan senyum,"Yang dibayar yang dicicipi, Pak." MasyaAlloh, padahal hampir semua sudah kami cicipi, walau sedikit-sedikit. Akhirnya kamipun patungan untuk 10 mangkuk lebih lauk dan sayur yang kita cicipi. Rp. 133.000,00 untuk sekali makan.

Arloji menunjukkan jam 16.30 saat kami melanjutkan perjalanan ke Kalibalok (sebuah tempat yang kami tidak tahu bagaimana bentuknya), dimana tempat itu dijadikan tempat berhenti kami yang diinformasikan oleh Contact Person dari ikhwan Lampung. Terjadi kemacetan yang luarbiasa dari daerah Panjang menuju Kalibalok. Sebenarnya jarak dari Panjang - Kalibalok kurang dari 10 km, tapi karena macet perjalanan menjadi sangat lama. Kami sampai ke Kalibalok sekitar pukul 18.30 waktu setempat.

Bertemu koordinator setempat

Alhamdulillah, setelah melalui perjalanan yang melelahkan (apalagi tas bawaan terasa begitu berat), sekitar 28 jam perjalanan, kami sampai pada Kalibalok dan ketemu dengan tim penjemput yang berjumlah 5 orang.














Setelah bersepeda motor sebentar di pinggir kota Bandar Lampung, sampailah kami ke Sekretariat Yayasan Al Falah Bandar Lampung. Badan yang dingin disambut dengan hangat, beserta senyum yang hangat dan tentu kopi dan makanan yang hangat. Lebih dari sepuluh ikhwan yang menyambut kami di tempat tersebut.
Bakda isak kami rapat sebentar dengan Bpk. Drs. Abdur Rozak, selaku ketua Yayasan Al Falah Bandar Lampung. Beliau memberi kami masing-masing satu amplop (saya kira duit......). Setelah itu Beliau berkata, "Tidak boleh memilih." Ternyata amplop tadi berisi surat tugas kami ke tempat-tempat tugas kami. Lha dalah....ternyata, Bandar Lampung hanya persinggahan kami sementara. Kami masih melanjutkan perjalanan kami paling tidak antara 80 - 200 km lagi.



Ust. Suyatno yang ditugaskan di Bandar lampung, malam itu langsung diberangkatkan karena dekat. Sementara kami bertiga yaitu, aku sendiri, ust. Roni dan Ust. Guntoro masih nginep satu malam di Yayasan Al Falah, karena pertimbangan jarak dan suasana jalan hutan yang tidak kondusif.

Persiapan (8 Agustus 2010)

Bakda subuh persiapan sampai menjelang keberangkatan.

Alhamdulillah, setelah mempersiapkan segala perlengkapan yang dibutuhkan, tiba saatnya pada saat yang mendebarkan yaitu pamit pada ibu, isteri dan anak-anak yang tercinta. Dengan hati agak berat (maklum ada setan yang selalu berbisik) ditambah dengan beban barang bawaan yang tak kalah berat pula, kucoba "aji meringankan tubuh dan meringankan hati" dengan dizikir-dzikir yang diajarkan ustadz-ustadz kepadaku.

Berangkat keluar rumah dengan naik becak seiring lambean tangan anak, ibu dan isteri. Tidak ketinggalan pula segelintir dari tetangga (maklum, saat itu ada pawai peringatan 17-an). Saat itu menunjukkan pukul 11.30 waktu rumahku.

My Adventure

Jam menunjukkan pukul 14.00 ketika aku sampai pool "Rosalia Indah" Palur, setelah naik bus yang ruaaaar biasa cepat dari Terminal Ngawi ke Palur.













Turun dari bus,eh......ternyata bebarengan dengan akhi Roni (FKAM Pati) turun dari bus juga. Setelah sholat, kami nunggu lagi rekan-rekan lainnya yang sebelumnnya sudah janji kumpul di sini untuk berangkat bareng ke Lampung. Akhirnya setelah setengah jam menunggu akhirnya terkumpul juga "pendekar-pendekar" yang akan "turun gunung ke Lampung". Sebelumnya masih malu-malu untuk nampang....













Inilah pendekar yang ninggalin keluarganya
 



Ust. Gunarto (da'i FKAM dari Purworejo), tugas di Kab. Tulang Bawang.










Ust. Suyatno (da'i FKAM dari Sragen), tugas di Kab. Bandar Lampung.











Ust. Roni (da'i FKAM dari Pati), tugas di Kab. Lampung Timur.













Aku, .....(bukan ustadz). Tugas di Lampung Tengah.








Kebanyakan yang namanya karet pasti melaaaaarrr

Karena di Indonesia banyak pabrik karet, maka semua mirip karet. Tak terkecuali jadwal bus. Di tiket tertulis berangkat pukul 03.00 waktu Palur, kenyataannya berangkat pukul 16.30 waktu karet. Tapi nggak apalah penting bisa berangkat.

Lier-lier dalam bus.













Kami berempat naik bus "Rosalia Indah" Jurusan Madiun - Bandar Lampung dengan nomor "penerbangan" 255. Walau da'i-da'i PRODIN yang lain banyak naik pesawat, tapi kami tetap enjoy naik "pesawat" tanpa sayap dan tanpa pramugari. Yang ada cuma sopir dan kernet.

Hawa AC membawa kepada rasa kantuk yang luar biasa. Yang saya ingat, kami jalan dari kota Solo - Boyolali - Salatiga - Semarang - Pekalongan....kemudian was salam. Yah tidur, tahu-tahu sudah sampai kota Tegal - Brebes - kemudian was salam kembali.

Hingga tengah malam, hawa dingin mulai sangat menyengat. Untung aja, bapak kernet yang kami hormati, dengan baik hati bagi-bagi selimut. Tapi bagaimanapun juga, hawa dingin tak tertahankan. Sayapun nggak pakai jaket. Jaket tertinggal di tas yang sekarang ada di bagasi bus.

Aku dan Keluarga

Alhamdulillah, rasa syukur kepada-Nya selalu aku coba sematkan dalam sisa umurku ini. Entah tak terhitung berapa godaan yang selalu mempengaruhi hatiku untuk tidak mensyukuri akan segala nikmat-Nya. Tapi selalu kucoba....kucoba dan kucoba.

Sabtu, 7 Agustus 2010 - bakda asar, kumulai coretan-coretan ini. Walaupun hati masih ragu, akan dimulai dengan kata apa yang tepat untuk memulainya.

Teman-temanku (semoga Alloh memberikan rahmat bagi mereka) menyebut PRODIN (Program Dakwah Islam Nusantara). Suatu program dari FKAM -organisasi yang sampai sekarang aku berada di dalamnya- yang mengirimkan da'i-nya ke pelosok nusantara. Ya...PRODIN, untuk satu bulan para juru dakwah dikirimkan ke luar tanah Jawa. Dan Ramadhan-lah bulan yang tepat untuk program ini.

Untuk Ramadhan kali ini aku terpilih kembali untuk dikirim ke luar tanah Jawa. Kadang hati masih ragu, apakah aku pantas.....? Walaupun terpilih kembali, bukan berarti aku telah dua kali ikut PRODIN. Baru kali inilah insyaAlloh aku dakwah di luar tanah Jawa. Tahun lalu aku terpilih, tapi diganti oleh cadanganku karena kala itu bapak sakit keras hingga menjelang wafatnya 4 bulan yang lalu.  
Semoga Alloh mengampuni dosa-dosanya dan diangkat derajatnya di akhirat.....amiin.

Aku terlahir dan besar di kota Ngawi. Suatu kota kecil....(orang banyak menyebut "kota pensiun") di Provinsi Jawa Timur.











Dan inilah keluargaku yang menjadi penyejuk hatiku...



Anak-anakku....cakep-cakepkan mereka ?







Istri dan ibu yang menjadi tanggung jawabku













Dengan hanya mengharap Ridlo Alloh Subhanahu wa Ta'alaa kuluruskan niat untuk bisa menjalankan amanah ini.