Hari ini, merupakan jadwalku untuk ngisi beberapa kajian di daerah Gunung Batin (sekitar 25 km dari tempatku tinggal). Kemarin Ustadz Ikrom menyampaikan bahwa ada 3 kajian yang akan diisi di sana. Untuk itu ada beberapa kajian tsaqifa yang aku liburkan di Tanjung Anom berkaitan tentang tugas dakwahku di Gunung batin.
Kuliah subuh pagi itu aku masih mengangkat tema tentang keimanan pada hari akhir. “Turunnya Isa ‘alaihis salam” adalah judul kuliah subuhku.
Hingga pada jam 07.30, aku masih menyisakan satu halaqoh tsaqifa sebelum aku berangkat ke Gunung Batin. Berangkatlah waktu itu aku ke rumah Ibu Pardi.
Karena kampung sekitar sangat sepi, dan nggak ada yang ngantar maka kuputuskan untuk jalan kaki ke rumah Bu Pardi sambil sekalian jalan-jalan dan jeprat-jepret sana-sini dengan kamera yang aku bawa.
Tanah Sumatra memang sangat subur. Di Tanjung Anom ini para penduduknya sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Tanaman singkong adalah andalan mereka. Semenjak didirikannya pabrik tepung singkong di wilayah Kecamatan Lampung Tengah, perekonomian masyarakat terangkat seiring membaiknya harga singkong. Jadi, dimana-mana banyak dilihat kebun singkong.
Sesampai di rumah Bu Pardi, ibu-ibu peserta kajian tsaqifa sudah menunggu. Maka tidak ada alasan untuk tidak segera memulainya.
Kajian tsaqifa di rumah Bu Pardi selesai ketika jam menunjukka pukul 9.30. Sementara itu kajian tsaqifa jam 10.00 pagi dan bakda dhuhur aku liburkan. Karena ada informasi kalau aku segera dijemput ke Gunung Batin untuk tabligh 'amm di sana.
Aku menunggu jemputan sampai bakda dhuhur, penjemput nggak datang-datang. Hingga sekitar jam 01.30, Ustadz Ikrom datang dan mengatakan kalau beliau yang akan mengantar.
Kamipun berangkat, menyusuri jalan raya lintas timur Sumatra. Tempat yang kami tuju ternyata bukan di Masjid Ash Sholihin Gunung Batin yang selama ini diinformasikan padaku, tapi lebih jauh lagi. Kami masuk Kabupaten lain yaitu Tulang Bawang Barat - Prov. Lampung.
Hingga kami tiba di sebuah Masjid Agung di Mulya Asri, Al Munawaroh namanya. "Ustadz Abu Umar Abdillah pernah ke sini, Tadz." kata Ustadz Ikrom. Waduh........sainganku Ust. Abu Umar. "Apa nanti tabkighnya disini." tanyaku. "Ya....tapi koq masih sepi." sambut Ust. Ikrom.
Tak seberapa lama, muncul Ust. Endang. "Ayo kita berangakat," kata Ust. Endang. "Lho....ngisinya tidak di sini," tanya Ust. Ikrom. "Tidak, kita ke RK 2 Mulya Asri," sambung Ust. Ikrom.
Sekitar 10 menit perjalanan, sampailah kami di Masjid "Baitul Makmur" di daerah RK 2 Mulya Asri. "Tadz, antum sekarang keluar wilayah kerja antum," kelakar Bpk. Roni salah seorang takmir di musholla tersebut. Memang sebenarnya tugasku di Kab. Lampung Tengah, tapi nggak dilarang dakwah di Kabupaten lain ...khan ?
Tak seberapa lama, jama'ah mulai berdatangan dan tabligh-pun dimulai. Peserta lumayan banyak untuk ukuranku. Kurang lebih sekitar 70 - 80 orang dari para ikhwan dan akhwat serta penduduk sekitar masjid.
Taklim berakhir, ketika adzan maghrib menjelang. Kamipun berbuka bersama dengan hadirin yang hadir di situ.
"Tadz, nanti bakda tarawih ngisi taklim lagi, pesertanya nanti binaan rutin kita" kata Ust. Endang. Maka pada tarawih saat itu, kultum ditiadakan. Sebab agar nanti taklim bakda tarawih tidak kemalaman, mengingat peserta binaan rumahnya jauh-jauh.
"Materinya apa," tanyaku. "Agar mereka lebih semangat untuk berdakwa," kata Ust. Endang. Maka dengan modal slide-slide power point yang aku dapatkan di Training Da'i Indonesia, kajian itupun kumulai.
Malam itu aku dan Ust. Ikrom bermalam di rumah Ust. Endang. Selain karena sudah malam, di wilayah Lampung Tengah akhir-akhir ini banyak sekali perampok dan begal di malam hari. Apalagi kalau mau lebaran, jumlah kejahatan meningkat.
Senin, 30 Agustus 2010
Minggu, 29 Agustus 2010
27 Agustus 2010 (Ramadhan hari ke 17)
Kumulai aktivitas dakwahku di pagi itu dengan kuliah subuh di Masjid Al Falah yang aku tempati, dengan tema yang masih belum lepas dari rentetan materi tentang iman kepada hari akhir. Dan khusus pagi ini, “Kemunculan Imam Mahdi” adalah materi yang kusampaikan pada jama’ah.
Kemudian kegiatan rutinku berikutnya, pagi jam 10.00 mengajar ibu-ibu tsaqifa di rumah Ibu Imas, yang dilanjutkan dengan dialog tentang masalah-masalah agama.
Pembelajaran tsaqifa selesai seiring suara qiro’ dari beberapa masjid di daerah Tanjung Anom ini. Hari ini hari Jum’at, dimana jadwalku berikutnya sudah menunggu. Yaitu khutbah jum’at di Masjid Al Falah ini. Kali ini kuangkat tema tentang “Multi level pahala”.
Bakda jum’atan, bapak-bapak peserta pembelajaran tsaqifa kloter ke dua sudah menunggu. Dan bakda sholat Jum’at, tsaqifa-pun dimulai. Kali ini aku dibantu oleh Bapak Syaiful.
Menjelang sholat asar, tsaqifa bapak-bapak selesai. Dan bersiap-siap untuk tsaqifa bakda asar di rumah Bapak Pardi. Walaupun berdua, tetap semangat.
Pembelajaran tsaqifa di rumah Pak Pardi saat itu selesai menjelang waktu buka puasa. Setelah berbuka di rumah Pak Pardi, aku kembali ke Masjid Al Falah untuk tugasku berikutnya yaitu kultum tarawih di masjid tersebut. Materi yang kusampaikan pada kultum tarawih adalah Iman kepada hari akhir - Kemunculan Dajjal.
Setelah tarawih, sekitar jam 21.00 kulanjutkan untuk pembelajaran tsaqifa di rumah Pak Yudhi. Acara itu ditutup ketika jam menunjukkan jam 11.00 malam.
Kamis, 26 Agustus 2010
26 Agustus 2010 (Ramadhan hari ke 16)
Tidak ada yang spesial hari ini. Hanya jadwal rutin yang masih menungguku. Kumulai dengan kuliah subuh pagi ini dengan tema "Iman kepada hari akhir"
Untuk kajian TSAQIFA ibu-ibu hari ini yang berada di rumah Ibu Pardi sengaja aku liburkan, dikarenakan selain tidak adanya buku juga dikarenakan sebentar lagi aku akan ditugaskan di Gunung batin untuk sementara, berdasarkan jadwal yang diberikan Ustadz Ikrom kepadaku.
Dan insyaAlloh setelah selesai tugas di Gunung Batin, akan kumulai lagi kajian TSAQIFA ibu-ibu di rumah Bu Pardi.
Alhamdulillah, pada malam hari aku dapat sms dari panitia PRODIN pusat, bahwa buku TSAQIFA sudah dikirimkan. Dan insyaAlloh akan datang hari ini. Tapi alamat kedatangan di sampaikan di Pondok Al Muhsin - Metro yang jaraknya kira-kira sekitar 50 km dari tempat aku tugas.
"Saya ambilnya saja ,Tadz. Sambil tengok ibu." kata Ustadz Rahmat yang asli Metro menawarkan jasa. Ya...kebetulan sekali. Dan Ustadz Rahmat berangkat siang itu juga ke Metro.
Jadwal rutinku :
TSAQIFA ibu-ibu jam 10 pagi, hingga menjelang dhuhur. Agak berubah acara TSAQIFA ibu-ibu kali ini. Mereka menghendaki untuk diadakannya dialog tentang masalah agama setelah kajian TSAQIFA. "Sebab di kultum nggak bisa tanya sih, Tadz." kata seorang ibu.
TSAQIFA bapak-bapak di Masjid Al Falah bakda dhuhur. Betapa senangnya beliau-beliau ketika disuruh membaca juz amma.
Dan dilanjutkan TSAQIFA bapak-bapak di Rumah Bpk. Syaiful.
Yang lain libur, gak perduli. Yang penting aku tetap ngaji. Mungkin begitu kata Pak Purnomo.
Hingga waktunya aku kembali ke Masjid Al Falah setelah sholat maghrib. Sengaja aku tidak makan di rumah Pak Syaiful karena tadi Pak Aziz sms kalau di rumah banyak yang ngantar makanan. Takut nggak kemakan, kata beliau. Rejeki yang datang setiap saat.
Sampai saatnya aku naik mimbar lagi di kultum tarawih malam itu. Dan materi yang kusampaikan masih bersambung dari materi-materi sebelumnya. Kali ini tentang pembahasan "Tanda-tanda kecil hari kiamat". Di tengah-tengah sholat tarawih, lampu padam sampai tengah malam. Gelap gulita di kawasan transmigrasi AD. Yang membuat kajian TSAQIFA di rumah Pak Yudhi LIBURRR....dan kulanjutkan acara TIDURRRR.
Untuk kajian TSAQIFA ibu-ibu hari ini yang berada di rumah Ibu Pardi sengaja aku liburkan, dikarenakan selain tidak adanya buku juga dikarenakan sebentar lagi aku akan ditugaskan di Gunung batin untuk sementara, berdasarkan jadwal yang diberikan Ustadz Ikrom kepadaku.
Dan insyaAlloh setelah selesai tugas di Gunung Batin, akan kumulai lagi kajian TSAQIFA ibu-ibu di rumah Bu Pardi.
Alhamdulillah, pada malam hari aku dapat sms dari panitia PRODIN pusat, bahwa buku TSAQIFA sudah dikirimkan. Dan insyaAlloh akan datang hari ini. Tapi alamat kedatangan di sampaikan di Pondok Al Muhsin - Metro yang jaraknya kira-kira sekitar 50 km dari tempat aku tugas.
"Saya ambilnya saja ,Tadz. Sambil tengok ibu." kata Ustadz Rahmat yang asli Metro menawarkan jasa. Ya...kebetulan sekali. Dan Ustadz Rahmat berangkat siang itu juga ke Metro.
Jadwal rutinku :
TSAQIFA ibu-ibu jam 10 pagi, hingga menjelang dhuhur. Agak berubah acara TSAQIFA ibu-ibu kali ini. Mereka menghendaki untuk diadakannya dialog tentang masalah agama setelah kajian TSAQIFA. "Sebab di kultum nggak bisa tanya sih, Tadz." kata seorang ibu.
TSAQIFA bapak-bapak di Masjid Al Falah bakda dhuhur. Betapa senangnya beliau-beliau ketika disuruh membaca juz amma.
Dan dilanjutkan TSAQIFA bapak-bapak di Rumah Bpk. Syaiful.
Yang lain libur, gak perduli. Yang penting aku tetap ngaji. Mungkin begitu kata Pak Purnomo.
Hingga waktunya aku kembali ke Masjid Al Falah setelah sholat maghrib. Sengaja aku tidak makan di rumah Pak Syaiful karena tadi Pak Aziz sms kalau di rumah banyak yang ngantar makanan. Takut nggak kemakan, kata beliau. Rejeki yang datang setiap saat.
Sampai saatnya aku naik mimbar lagi di kultum tarawih malam itu. Dan materi yang kusampaikan masih bersambung dari materi-materi sebelumnya. Kali ini tentang pembahasan "Tanda-tanda kecil hari kiamat". Di tengah-tengah sholat tarawih, lampu padam sampai tengah malam. Gelap gulita di kawasan transmigrasi AD. Yang membuat kajian TSAQIFA di rumah Pak Yudhi LIBURRR....dan kulanjutkan acara TIDURRRR.
Rabu, 25 Agustus 2010
25 Agustus 2010 (Ramadhan hari ke 15)
Kemarin Ustadz Ikrom mendatangi kamarku di masjid Al Falah Tanjung Anom. Beliau datang dengan membawa secarik kertas jadwalku di Gunung Batin nanti. Ada 3 kajian yang tertulis di jadwal, yang nantinya akan dipasrahkan kepadaku untuk mengisi kajian tersebut. Sehingga bisa jadi aku harus meliburkan 5 - 6 halaqoh TSAQIFA yang ada di Tanjung Anom, yang waktunya bebarengan dengan jadwalku di Gunung batin nanti.
Kuliah subuh pagi itu, kusampaikan materi "Iman kepada Nabi dan Rosul". Memang materi yang kusampaikan di Masjid ini saling berkelanjutan. Mengingat dari para jama'ah adalah orang-orangnya yang tetap dan istiqomah dalam melaksanakan sholat subuh dan isya' berjama'ah.
Pagi ini, jadwal TSAQIFA-ku bertambah satu. Pagi hari jam 7.30 pagi adalah jadwal ibu-ibu di rumah Bapak Wardi. Yang lain tidak berubah.
Jadwal Tsaqifa ibu-ibu di rumah Pak Pardi.
Yang dilanjutkan dengan kajian Tsaqifa ibu-ibu di rumah Ibu Imas pada jam 10.00 pagi.
Kajian Tsaqifa bapak-bapak bakda dhuhur.
Hingga bakda asar, sekitar jam 16.30 aku kembali ke Rumah Bpk. Pardi untuk kajian Tsaqifa bapak-bapak.
Pak Purwanto (kiri), Pak Bambang (tengah) dan si gondrong Pak Hendro, serius walau buku gantian.
Pak Pardi, kepanasan tapi tetap ngaji.
Setelah menyelesaikan tugasku ngajar Tsaqifa di rumah Pak Pardi yang diteruskan dengan buka bersama di rumah beliau, kulanjutkan tugasku berikutnya yaitu kultum tarawih di Masjid Al Falah. Kali ini kuangkat materi tentang "Memahami makna Sunnah".
Rumah jauh nggak jadi halangan untuk tarawih, naik angkot tiap hari.
Kuliah subuh pagi itu, kusampaikan materi "Iman kepada Nabi dan Rosul". Memang materi yang kusampaikan di Masjid ini saling berkelanjutan. Mengingat dari para jama'ah adalah orang-orangnya yang tetap dan istiqomah dalam melaksanakan sholat subuh dan isya' berjama'ah.
Pagi ini, jadwal TSAQIFA-ku bertambah satu. Pagi hari jam 7.30 pagi adalah jadwal ibu-ibu di rumah Bapak Wardi. Yang lain tidak berubah.
Jadwal Tsaqifa ibu-ibu di rumah Pak Pardi.
Yang dilanjutkan dengan kajian Tsaqifa ibu-ibu di rumah Ibu Imas pada jam 10.00 pagi.
Kajian Tsaqifa bapak-bapak bakda dhuhur.
Hingga bakda asar, sekitar jam 16.30 aku kembali ke Rumah Bpk. Pardi untuk kajian Tsaqifa bapak-bapak.
Pak Purwanto (kiri), Pak Bambang (tengah) dan si gondrong Pak Hendro, serius walau buku gantian.
Pak Pardi, kepanasan tapi tetap ngaji.
Setelah menyelesaikan tugasku ngajar Tsaqifa di rumah Pak Pardi yang diteruskan dengan buka bersama di rumah beliau, kulanjutkan tugasku berikutnya yaitu kultum tarawih di Masjid Al Falah. Kali ini kuangkat materi tentang "Memahami makna Sunnah".
Rumah jauh nggak jadi halangan untuk tarawih, naik angkot tiap hari.
Selasa, 24 Agustus 2010
24 Agustus 2010 (Ramadhan hari ke 14)
Kumulai aktivitas dakwahku hari ini dengan memberikan taushiah pada jama’ah subuh di Masjid Al Falah dengan materi “Keutamaan sholat sunah sebelum subuh”.
Jadwal kegiatanku sedikit agak berubah hari ini, dimana yang sebelumnya bila bakda asar aku mengajar anak-anak TPA yang dilanjutkan dengan buka bersama, maka mulai hari kemarin berubah mengajarkan TSAQIFA di rumah Bapak Pardi.
Pembelajaran TSAQIFA ibu-ibu di rumah Ibu Imas jam 10 pagi hingga menjelang sholat dhuhur.
Dilanjutkan dengan bapak-bapak di Masjid Al Falah, bakda dhuhur. Dengan hawa panas, rasa kantuk dan habis bekerja, tidak mengurangi semangat beliau-beliau.
TSAQIFA di rumah Bpk. Pardi sekeluarga yang dilanjutkan buka bersama. Belajar dengan photo copy-an.....nunggu kiriman buku TSAQIFA nggak datang-datang.
Sampai waktu sholat tarawih menjelang. Dan tugas yang lain masih menunggu, yaitu kultum di Masjid Al Falah Tanjung Anom. Kali ini kubawakan materi "Iman kepada kitab-kitab Alloh."
Tugas terakhir untuk hari ini, TSAQIFA di rumah Bapak Yudhi.
Agak santai, tapi tetap serius....mantab kang.
Si gondrong pun ikut ngaji....
Pembelajaran TSAQIFA ibu-ibu di rumah Ibu Imas jam 10 pagi hingga menjelang sholat dhuhur.
Dilanjutkan dengan bapak-bapak di Masjid Al Falah, bakda dhuhur. Dengan hawa panas, rasa kantuk dan habis bekerja, tidak mengurangi semangat beliau-beliau.
TSAQIFA di rumah Bpk. Pardi sekeluarga yang dilanjutkan buka bersama. Belajar dengan photo copy-an.....nunggu kiriman buku TSAQIFA nggak datang-datang.
Sampai waktu sholat tarawih menjelang. Dan tugas yang lain masih menunggu, yaitu kultum di Masjid Al Falah Tanjung Anom. Kali ini kubawakan materi "Iman kepada kitab-kitab Alloh."
Tugas terakhir untuk hari ini, TSAQIFA di rumah Bapak Yudhi.
Agak santai, tapi tetap serius....mantab kang.
Si gondrong pun ikut ngaji....
Senin, 23 Agustus 2010
23 Agustus 2010 (Ramadhan hari ke 13)
Badan agak penat ketika bangun sahur pagi ini. Maklumlah, untuk TSAQIFA acara tadi malam, selesai sangat larut. Tapi bagaimanpun tugas tetap harus dilaksanakan dengan semaksimal mungkin. Kuliah subuh kali ini kusampaikan tentang "Hakekat iman".
InsyaAlloh, jadwalku hari ini bertambah satu. Selain ngajar TSAQIFA di jam 10 pagi, 12.30 siang dan bakda tarawih, sekarang ditambah dengan jadwal dipukul 16.00 sampai menjelang buka puasa. Sehingga mungkin aku tidak membantu ngajar TPA bersama ustadz Rahmat di Masjid Al Falah ini.
Ibu-ibu yang masih semangat dalam belajar TSAQIFA
Bapak-bapakpun tidak kalah di hari ke -5.
Walaupun menahan lapar, kantuk di siang hari bolong (bakda dhuhur), diseling dengan tidur-tiduran juga.
Hingga asar menjelang. Bakda asar, setelah membuat janji dengan P. Winarko untuk mengantarkan aku ke rumah Bpk. Pardi ngajar TSAQIFA gelombang ke 3. Alhamdulillah, setelah mendapatkan sapaan yang hangat, maka pelajaran TSAQIFA-pun dimulai dengan diikuti 7 peseta.
"Tadz, habis lebaran nanti ke Lampung lagi aja. Untuk nglanjutin pelajaran membaca Al Qur'an," celetuk Bu Pardi.
Info dari keluarga Pak Pardi, masih banyak lagi yang akan ikut belajar TSAQIFA. Untuk itu maka mulai 2 hari lagi, maka jadwal TSAQIFA bertambah satu lagi, dengan memisahkan taklim TSAQIFA bapak-bapak dan ibu-ibu.
Selesai taklim, kamipun berbuka bersama di rumah beliau. Hingga waktu tarawih, aku kembali ke Masjid Al Falah untuk kultum. Kali ini kusampaikan materi "Iman kepada malaikat Alloh."
Bakda tarawih sampai pada jadwal berikutnya, TSAQIFA malam di rumah Pak Yudhi.
InsyaAlloh, jadwalku hari ini bertambah satu. Selain ngajar TSAQIFA di jam 10 pagi, 12.30 siang dan bakda tarawih, sekarang ditambah dengan jadwal dipukul 16.00 sampai menjelang buka puasa. Sehingga mungkin aku tidak membantu ngajar TPA bersama ustadz Rahmat di Masjid Al Falah ini.
Ibu-ibu yang masih semangat dalam belajar TSAQIFA
Bapak-bapakpun tidak kalah di hari ke -5.
Walaupun menahan lapar, kantuk di siang hari bolong (bakda dhuhur), diseling dengan tidur-tiduran juga.
Hingga asar menjelang. Bakda asar, setelah membuat janji dengan P. Winarko untuk mengantarkan aku ke rumah Bpk. Pardi ngajar TSAQIFA gelombang ke 3. Alhamdulillah, setelah mendapatkan sapaan yang hangat, maka pelajaran TSAQIFA-pun dimulai dengan diikuti 7 peseta.
"Tadz, habis lebaran nanti ke Lampung lagi aja. Untuk nglanjutin pelajaran membaca Al Qur'an," celetuk Bu Pardi.
Info dari keluarga Pak Pardi, masih banyak lagi yang akan ikut belajar TSAQIFA. Untuk itu maka mulai 2 hari lagi, maka jadwal TSAQIFA bertambah satu lagi, dengan memisahkan taklim TSAQIFA bapak-bapak dan ibu-ibu.
Selesai taklim, kamipun berbuka bersama di rumah beliau. Hingga waktu tarawih, aku kembali ke Masjid Al Falah untuk kultum. Kali ini kusampaikan materi "Iman kepada malaikat Alloh."
Bakda tarawih sampai pada jadwal berikutnya, TSAQIFA malam di rumah Pak Yudhi.
Minggu, 22 Agustus 2010
22 Agustus 2010 (Ramadhan hari ke 12)
Baru selesai aku bersama ustadz Rahmat makan sahur, kamarku di datangi Pak Syaiful. Beliau mengajak aku untuk sholat subuh dan kuliah subuh di musholla dekat tempat tinggal beliau. Ajakan beliau aku terima, karena memang tidak ada alasan untuk menolak. Apalagi di sini masih ustadz Rahmat untuk menggantikan aku untuk kuliah subuh di masjid Al Falah.
Jarak musholla Ali Imron (musholla yang dimaksud Bpk. Syaiful), tidak begitu jauh dari masjid tempatku, sekitar 400 meter.
Dalam perjalanan kami ngobrol dengan beliau mengenai kondisi mad’u di musholla Ali Imron. “Di sini mayoritas, pemahamannya masih tradisional, tadz. Jadi nanti materinya jangan dengan materi yang terlalu tinggi.” Pak Syaiful memberi masukan. Tidak berapa lama kamipun sampai tujuan. Musholla masih sepi hanya tampak dua orang tua lagi berdzikir.
Sesaat kemudian, musholla sudah terisi oleh jama’ah. Dan sholatpun dimulai, dan dilanjutkan dengan perkenalan diriku yang disampaikan oleh Bapak Syaiful. Sejenak perkenalan, kemudian mulai aku menyampaikan materi “Misteri Pagi Hari”.
Suasana jama'ah musholla Ali imron.
Alhamdulillah……ada dampak dari kuliah subuh yang kusampaikan, Ada seseorang bernama Bapak Pardi menyatakan ingin belajar membaca Al Qur’an bersama dengan istrinya. Bahkan beliau mengajak aku untuk tinggal bersama beliau di rumahnya selama tugas di Tanjung Anom ini.
Tapi tawaran untuk tinggal bersama beliau, terasa berat untuk aku penuhi. Yah…karena aku sudah terikat “kontrak” dengan Masjid Al Falah. Sementara untuk belajar TSAQIFA aku jadwalkan jam 16.30 sampai akhir di buka bersama. Dan jadwal itu disepakati dimulai sore hari ini.
“Tadz, dia (Pak Pardi) orang terkaya di Tanjung Anom. Lahan sawitnya di mana-mana.” Celetuk Pak Syaiful sambil mengantarku kembali. “Dia bersama istrinya mau naik haji tapi belum bisa baca Qur’an. Dia dan keluarga adalah donatur pondok nahdliyin di Palis.” Tambah Pak Syaiful.
Hingga pukul 10.00 pagi, mulailah kegiatanku yaitu TSAQIFA ibu-ibu yang dilanjutkan sholat dhuhur . “Pak, ada yang ingin ikut lagi 5 orang, bisa tidak, kata seorang ibu peserta. Jawabku,”Bisa bu, tapi jadwalnya bakda subuh sampai jam 9 pagi. Itu waktu aku kosong.” Jawabku. Agak bingung juga sih…dimana buku TSAQIFA belum juga hadir sementara yang menginginkan bertambah terus.
Waktu terus berlanjut hingga TSAQIFA bapak-bapak di waku bakda dhuhur hingga menjelang asar.
Bakda asar, aku siap-siap berangkat ke rumah Bapak Pardi yang diantar oleh Bapak Winarko. Sesaat sebelum berangkat, aku di sms oleh Bapak Syaiful kalau di depan rumah beliau ada yang meninggal dunia sore itu. Sehingga kemungkinan besar Pak Pardi berhalangan karena pasti akan melayat. Maka acara TSAQIFA sore itu ditunda. Kugunakan waktu kosong itu untuk mengajar anak-anak TPA bersama Ustadz Rahmat.
Sampai waktunya jadwal tarawih dan kultum di Masjid Al Falah. Malam itu kusampaikan materi “Dosa-dosa yang mendahului dosa-dosa syirik.” Bakda tarawih dilanjutkan ngajar TSAQIFQ di rumah Bapak Yudhi, yang saat itu ditemani Bapak Syaiful. Beliau ikut untuk mengetahui tentang metode TSAQIFA.
Jarak musholla Ali Imron (musholla yang dimaksud Bpk. Syaiful), tidak begitu jauh dari masjid tempatku, sekitar 400 meter.
Dalam perjalanan kami ngobrol dengan beliau mengenai kondisi mad’u di musholla Ali Imron. “Di sini mayoritas, pemahamannya masih tradisional, tadz. Jadi nanti materinya jangan dengan materi yang terlalu tinggi.” Pak Syaiful memberi masukan. Tidak berapa lama kamipun sampai tujuan. Musholla masih sepi hanya tampak dua orang tua lagi berdzikir.
Sesaat kemudian, musholla sudah terisi oleh jama’ah. Dan sholatpun dimulai, dan dilanjutkan dengan perkenalan diriku yang disampaikan oleh Bapak Syaiful. Sejenak perkenalan, kemudian mulai aku menyampaikan materi “Misteri Pagi Hari”.
Suasana jama'ah musholla Ali imron.
Alhamdulillah……ada dampak dari kuliah subuh yang kusampaikan, Ada seseorang bernama Bapak Pardi menyatakan ingin belajar membaca Al Qur’an bersama dengan istrinya. Bahkan beliau mengajak aku untuk tinggal bersama beliau di rumahnya selama tugas di Tanjung Anom ini.
Tapi tawaran untuk tinggal bersama beliau, terasa berat untuk aku penuhi. Yah…karena aku sudah terikat “kontrak” dengan Masjid Al Falah. Sementara untuk belajar TSAQIFA aku jadwalkan jam 16.30 sampai akhir di buka bersama. Dan jadwal itu disepakati dimulai sore hari ini.
“Tadz, dia (Pak Pardi) orang terkaya di Tanjung Anom. Lahan sawitnya di mana-mana.” Celetuk Pak Syaiful sambil mengantarku kembali. “Dia bersama istrinya mau naik haji tapi belum bisa baca Qur’an. Dia dan keluarga adalah donatur pondok nahdliyin di Palis.” Tambah Pak Syaiful.
Hingga pukul 10.00 pagi, mulailah kegiatanku yaitu TSAQIFA ibu-ibu yang dilanjutkan sholat dhuhur . “Pak, ada yang ingin ikut lagi 5 orang, bisa tidak, kata seorang ibu peserta. Jawabku,”Bisa bu, tapi jadwalnya bakda subuh sampai jam 9 pagi. Itu waktu aku kosong.” Jawabku. Agak bingung juga sih…dimana buku TSAQIFA belum juga hadir sementara yang menginginkan bertambah terus.
Waktu terus berlanjut hingga TSAQIFA bapak-bapak di waku bakda dhuhur hingga menjelang asar.
Bakda asar, aku siap-siap berangkat ke rumah Bapak Pardi yang diantar oleh Bapak Winarko. Sesaat sebelum berangkat, aku di sms oleh Bapak Syaiful kalau di depan rumah beliau ada yang meninggal dunia sore itu. Sehingga kemungkinan besar Pak Pardi berhalangan karena pasti akan melayat. Maka acara TSAQIFA sore itu ditunda. Kugunakan waktu kosong itu untuk mengajar anak-anak TPA bersama Ustadz Rahmat.
Sampai waktunya jadwal tarawih dan kultum di Masjid Al Falah. Malam itu kusampaikan materi “Dosa-dosa yang mendahului dosa-dosa syirik.” Bakda tarawih dilanjutkan ngajar TSAQIFQ di rumah Bapak Yudhi, yang saat itu ditemani Bapak Syaiful. Beliau ikut untuk mengetahui tentang metode TSAQIFA.
Sabtu, 21 Agustus 2010
21 Agustus 2010 (Ramadhan hari ke 11)
Bakda asar kemarin, ketika kami ngobrol-ngobrol dengan beberapa ikhwan Tanjung Anom, ada seorang ikhwan yang mengusulkan agar kultum subuh dirubah. Namanya adalah Bapak Ujang Mardani, beliau adalah satu-satunya ahli medis (mantri) yang berada di daerah tersebut. Beliau mengusulkan agar kultum subuh dibuat seperti taklim. Jadi tidak hanya 15-20 menit, melainkan bisa di tambah menjadi kurang lebih satu jam. “Agar lebih bermanfaat, dan tidak tidur di rumah, tadz.” Kata beliau.
“Kalau saya OK…OK aja, tapi apakah pendengar yang lain sudah siap, …apakah mereka berani untuk menunda waktu kerjanya ?” jawabku. Perlu diketahui juga, bahwa penduduk dari tanah TRANS AD ini mayoritas adalah pekerja pabrik dan para buruh tani yang menuntut mereka untuk berangkat pagi-pagi benar.
Kumulai aktivitas dakwah pagi itu dengan kuliah subuh dengan mengambil tema tentang “washilah-washilah dalam do’a yang disyari’atkan”.
Tidak banyak berubah aktivitasku di hari ini. Jam 10 pagi mengajar TSAQIFA untuk ibu-ibu sampai adzan dhuhur berkumandang. Kemudian dilanjutkan dengan TSQIFA bapak-bapak hingga asar menjelang.
Bakda asar, aku dapat undangan aqiqoh di salah satu rumah ikhwan di Poncowati. “Ya…insyaAlloh aku akan datang bila ada yang mbawa,….” Jawabku. Maklumlah aku belum tahu tempatnya.
Hingga ketika bakda asar, Pak Aziz datang ke kamarku dan mengajak aku medatangi acara aqiqoh bersama keluarga besar Bpk. Aziz dengan mencarter angkot. Alhamdulillah….ada yang bawa ke tempat undangan aqiqoh.
Jam menunjukkan pukul 16.40 ketika kami berangkat ke Poncowati, rumah ikhwan yang punya hajat aqiqoh. Ternyata keluarga Bapak Aziz mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan Pak Martin (ikhwan yang mengundang acara aqiqoh tersebut). Jarak antara Poncowati dan Tanjung Anom kurang lebih 25 km.
Di rumah Bapak Martin sudah berkumpul banyak ikhwan undangan lainnya. Banyak wajah yang tidak asing. Dari ihwan-ikhwan yang biasa ikut taklim sampai para asatidz Lampung.
Di kesepatan itu pula, kami bertemu dengan para ustadz yang mengkoordinir tugasku di Lampung tengah. Kami memusyawarahkan tentang tempat tugas kami. Dimana sebenarnya aku sudah dipindah tugaskan ke Gunung Batin hari ini, tetapi di Tanjung Anom sendiri masih banyak PR yang harus saya selesaikan. Yang kebanyakan adalah masyarakat yang ingin belajar membaca kitab suci Al Qur’an.
Hampir nggak ada titik temu dalam pertemuan tadi, di Tanjung Anom masih ada kerjaan sementara di Gunung Batin titik-titik dakwah sudah menunggu dan telah diinformasikan pada aparat dan jama’ah setempat kalau mau kedatangan ustadz dari Jawa.
Kamipun pulang setelah buka bersama. Dan kami sampai ke Tanjung Anom saat masjid sudah selesai sholat tarawih dan ditemui anak-anak TPA malam sedang asik tadarus dengan cahaya yang redup karena malam itu listrik mati.
Tetap semangat, tadarus dalam remang-remang.
Langganan:
Postingan (Atom)